Jumat, 03 Agustus 2012

Kenangan Tentang Kakek

Kakek meninggal sudah hampir dua tahun, tapi kenangan tentangnya masih tersimpan rapi dibenak ku. Kakek yang kami panggil Akong adalah lelaki yang anti sosial yang sayang dengan anak - anaknya serta cucu - cucunya. Akong tinggal bersama keluarga kami.
 Bapak yang anak lelaki kedua kakek juga memiliki sifat yang sama dengan Akong. Mereka adalah dua lelaki yang sangat kusayangi juga kadang sulit kumengerti. Akong akan setia menunggu Bapak pulang dari berjualan dan jika waktu yang biasa Bapak pulang terlewati maka Akong akan mulai ribut menanyai Mamak maupun kami. Tapi ketika Bapak sudah sampai dirumah tak sepatah kata pun keluar dari mulut Akong. Kemana pun Bapak atau Mamak pergi walau hari telah larut Akong akan tetap menunggu dan sesekali bertanya pada kami sudah jam berapa dan mengapa Bapak dan Mamak belum pulang, dan seperti biasa ketika orangtua ku sudah sampai dirumah maka akong tidak berkata apapun, dia masuk kamar dan tidur. Begitu lah akong.
Hal yang paling kuingat adalah biskuit mari dan permen fox kesukaannya. Setiap awal bulan saat berbelanja Akong selalu berpesan agar aku membelikannya permen fox, itu pun harus permen yang berbentuk petak/kristal dan bukan yang pedas. biskuit apa pun atau semahal apapun tak akan dia makan kalau bukan biskuit mari yang berbetuk bulat dan berwarna coklat.
Akong meski anti sosial tapi dia jahil, setiap anak dan cucunya memeliki nama julukan. kami berlima, cucunya juga mempunya nama julukan yang entah dari mana akong mendapat nama tersebut. Hari pertama imlek selalu mengingatkan ku pada Akong. Kami tiga cucu perempuannya selalu diberi tugas untuk membungkus angpao yang akan dihadiahkan Akong untuk cucu - cucu atau cicit - cicitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menapaki jejak