Senin, 03 Juni 2013

Robot Pemburu Hati 2


Entah sudah berapa lama kami menjadi pelarian. Tak pernah menetap disatu tempat, terlalu berbahaya, robot pemburu hati atau yang bisa kami sebut Reater terus mencari keberadaan kami. Kami harus bersembunyi bahkan untuk keluar dari persembunyian kami harus membawa binatang yang sengaja kami pelihara untuk mengalihkan perhatian. Para robot bisa mengetahui hati yang berdetak tapi tidak bisa tahu jika itu kami karena para binatang lah yang mereka kira.
"Jangan sampai kita sakit hati. jika diantara kita merasakan sakit hati, saya mohon dengan sangat keluar lah dari kelompok. Saya tak ingin membahayakan kita manusia yang memiliki hati ditangkap oleh Reater." Itu ucapan Paman Owe, dia lah pemimpin kelompok kami yang terdiri dari 23 orang. Sakit hati sangat berbahaya, manusia seperti kami memang tak bisa mengetahuinya tapi para Reater akan langsung tahu dan menuju si sakit hati. Untuk itulah paman langsung berpesan pada kami semua.

Umurku hari ini 14 tahun, tidak ada perayaan, siapa yang bakal mengingatnya kalau semua orang berada dalam kecemasan. Aku hanya sendiri, orangtua, kakak Sina sudah menjadi Nohet - manusia yang tak memiliki hati - keluargaku hanya Paman Owe dan Kak Rom. Paman Owe yang pernah menjadi Bupati di kota kecil kami berhasil membawa kelompok kami kabur dari Reater. Dan Kak Rom yang tentara militer mengajari kami bertahan hidup di hutan.
"Selamat ulang tahun Val." Kak Rom duduk disampingku. Aku terkejut karena dia ingat dengan hari ulang tahunku.
"Terima kasih kak. Aku kira tak akan ada yang ingat."
"Tak mungkin aku lupa, biasa tiap tahun kamu akan ribut kalau tidak diberi kado." senyum Kak Rom membuatku tersenyum juga. Kadang mengingat masa lalu membuat kami kuat, ya kadang.
"Apakah kita akan menetap terus disini kak?"
"Belum tahu Val. Profesor Kul masih mencari cara agar tempat kita tak terdeteksi oleh Reater tanpa harus menaruh binatang di permukaan." ya, kami tinggal dibawa tanah, dengan teknologi yang berhasil kami bawa juga profesor Kulyang menciptakan alat agar kami bisa hidup di dalam tanah.
"Yang paling aku takutkan malah para Heater. Mereka lebih berbahaya, mereka bisa membedakan mana kita mana binatang. ya meskipun kita bisa menyamar jadi Nother." aku mengangguk mendengar perkataan Kak Rom. Heather adalah para pesakitan hati yang memang menyerahkan diri untuk diambil hatinya oleh para Rother. Seperti kata Kak Rom, orang yang sakit hati memang berbahaya. Sudah dua bulan kami tinggal di dalam tanah yang berada di hutan. Tiap hari kami bisa mendengar Rother berkeliling di dalam hutan untuk mencari kami. Kami tak pernah tidur nyenyak takut Rother menemukan kami. Saat dini hari lah kami baru berani keluar itu pun hanya orang yang kuat dan pemberani yang boleh keluar untuk mencari makanan. Memang di dalam tanah kami memelihara binatang juga air pun tersedia, tapi kami juga butuh bahan makanan lain. Sudah sering aku meminta diajak dalam tim pencari tapi Paman tak mengizinkan, terlalu berbahaya dan aku masih belum cukup umur.

"Profesor, apakah para nother bisa dikembalikan hatinya?" mendengar pertanyaanku profesor Kul menghentikan pekerjaannya.
"Hem.....bagaimana ya Val, bukannya saya tidak mau menjawab pertanyaanmu tapi saya ini profesor teknologi. Saya bisa membuat alat canggih dan sekarang sedang mengembangkan senjata melawan Rother, tapi kalau mengembalikan Rother seperti sedia kala, saya tak tahu." Profesor menjelaskan kemudian kembali berkutat pada alat yang sedang ia kembangkan.
"Apakah senjata buatan profesor bisa berhasil?"
"Begini Val, daripada mengganggu ku lebih baik kamu yakinkan paman mu untuk mencuri peralatan yang aku minta minggu lalu. Kalau hanya dengan peralatan seadanya bagaimana mungkin senjata ini bisa siap."
"memangnya apa saja yang dibutuhkan prof?" profesor Kul menjawab tanpa memperhatikan ku. Aku mencatat semua dan pergi meninggalkan profesor. Sekarang aku punya misi penting.

Tak akan ada yang tahu aku diam - diam keluar dari aliran air di dalam tanah. Mereka terlalu  memperhatikan keadaan diluar saat tim pencari akan pulang. Ini lah saat yang tepat. Aku sudah diam - diam mengambil senjata dari tempat profesor. Hanya bersembunyi juga tak akan berarti banyak, aku harus cepat, menuju kota dan mencuri dari supermarket di kota. Aku bisa menyamar jadi Nother. Asal tak menimbulkan gerak - gerik mencurigakan, Rother tak akan menangkap dan memeriksa apakah aku masih memiliki hati. Semua sudah ku rencanakan. Membawa tupai dalam tas untuk mengelabui sensor kehidupan Rother. Tinggal sedikit lagi kota sudah terlihat.

Dibawa kota terlihat bersama datangnya pagi. Aku melepaskan tupai dari tas ku ke dalam hutan. Sekarang aku tinggal berjalan menuju kota.
"berhenti!!!" suara teriakan itu membuatku berhenti melangkah. Pakaian serba hitam, ah...sial itu pasti Heather.
"Sebutkan nama dan mau kemana?"
Sial, kalau menyebutkan nama yang tidak ada di database mereka aku bisa ketahuan. Aku tak mengira akan dicegat ditengah jalan seperti ini. Apa yang harus aku lakukan?
"Hei...kamu dengar kata saya tadi? sebutkan nama dan tujuan! atau kamu ini manusia hah?" pertanyaan itu membuat jantungku langsung berdetak kencang.
"X, seperti dia manusia. Ada aktifitas hati dilayar." tidak, aku tertangkap. Habis sudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menapaki jejak