Selasa, 19 Februari 2013

Kisah Pendek : PAGI

Aku benci pagi, benci teriknya sinar matahari, benci suara ribut dijalanan, benci teriakan - teriakan penjajah sarapan.
Pagi ku selalu sama, mengantuk setelah semalaman bergadang dan mengetik tiada henti. Ingin melanjutkan tidur tapi segala suara berisik itu begitu menganggu tidurku yang seharusnya lelap.
Maka aku terbangun dengan secangkir kopi panas mengepulkan asap. Aku menghirup sedikit demi sedikit, menyesap aroma kopi yang membangkitkan semangatku.
Sedang asiknya menikmati kopi dipagi hari, pintu rumahku terketuk. Siapa yang datang kesini begitu pagi? Rasanya enggan membuka pintu tapi kugerakkan kaki ku juga menuju pintu.
"Hai...selamat pagi." Senyum sumeringahnya menghiasi depan rumahku. Tak ku sangka dia yang datang.
"Eh...hai juga dan selamat pagi. em....ada perlu apa ya?"
"Memangnya kalau tidak perlu apa - apa tidak boleh datang?" Tanpa menggubris aku yang tak mempersilahkan masuk, dia langsung melangkah masuk, aku terpaksa bergeser.
"Bukan gitu sih, tapi jarang deh ada penggemar yang datang kerumah penulis dan masuk tanpa diundang."
"Hihihihi....aku ini kan penggemar yang psikopat. Selalu membuntuti kemana saja dan berharap bisa masuk kerumah penulis yang digemarinya." Dan tanpa kuundang duduk, dia seenaknya duduk disofa. Aku menyerah, kubuatkan secangkir kopi juga untuknya.

Namanya Cherry, manis dan tentu saja cantik, tapi agresif. Dia penggemar novel - novel ku. Semua novel yang ku tulis tak alpa dia beli. Katanya semua tulisanku erotis dan misterius. Aku senang saja memiliki penggemar, apalagi penggemar seperti dia.
"Ngomong - ngomong di Novel yang terbaru, ada cerita percintaan antara perempuan dengan perempuan, sepertinya begitu benar dan seolah itu adalah nyata." Cherry bertanya padaku, aku ingin membuatnya penasaran.
"Bukankah disitu telah dijelaskan kalau cerita dinovel hanya fiksi, tapi mungkin saja berdasarkan kisah nyata biar lebih terasa hidup. Ya siapa yang tahu, mana yang nyata mana yang fiksi."
"Berarti itu nyata? Jadi kak Ila lesbian?"
"Aku tak bilang itu cerita nyata, aku hanya bilang 'mungkin' dan lesbian atau tidak bukan berarti aku tak bisa menulis cerita antara percintaan perempuan dengan perempuan. Dan kalau aku menulis cerita tentang percintaan pria dengan pria, apa kamu mau bilang kalau aku ini gay?"
"Gak gitu juga sih, kakak kan perempuan, kok dibilang gay. Tapi cerita percintaan di novel kakak begitu hidup. Rasanya aku jadi ingin mencoba bercinta dengan perempuan. hihihi..."
"Kamu lesbian Cherry?"
"Hem......aku lebih suka disebut biseksual. Karena aku tak menolak penis dan juga tak menolak vagina. Kedua nya sama - sama indah dimataku."
Mendengar itu malah membuatku tertawa, dasar si Cherry, terus terang sekali dia.
"Memang nya kamu sudah pernah merasakan penis dan vagina?"
"Kalau penis pernah, sakit, tapi lama - lama enak. Hihihi....tapi kalau vagina belum."
"Nah, bagaimana kamu bisa bilang vagina itu juga indah, kamu saja belum pernah merasakannya."
"karena itu aku kesini kak. Setelah membaca novel kakak aku yakin hari ini bisa tahu indahnya vagina." Tunggu sebentar, apa maksud Cherry?
"maksudmu bagaimana?" Cherry mendekat kearahku, jarak wajahnya hanya sesenti dari wajahku.
"Maksudku, kakak yang akan menunjukkan indahnya vagina padaku." Lalu dia melumat bibirku. Apa yang kulakukan? Langsung mengusir Cherry? Tentu saja tidak, bibirnya begitu lembut dan aku menyukai ciumannya dan ya, aku memang lesbian maka kunikmati saja hadiah dipagi hari ini. Ciuman kami berlanjut dengan tingkat kegairahan yang meningkat. Tangan ikut aktif begerilya memacu detak jantung memompa lebih cepat.
Satu persatu pakaian kami tanggalkan. Betapa indah tubuh Cherry, aku horny dan kuberikan padanya kenikmatan vagina. Dia mendesah dan aku berkeringat, mengukur setiap inci tubuhnya dengan lidahku, dari atas sampai bawah. Terus dan terus, saling memberi kenikmatan.

Aku larat kata - kataku diawal tadi, aku tak membenci pagi lagi, malah menyukainya. Pagi yang nikmat dan pagi yang klimaks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menapaki jejak