Kamis, 22 Agustus 2013

Kegelapan

Alkisah ada sesuatu, sebut saja ia Kegelapan. Kegelepan tak mengenal apapun. Dia terkurung dalam suatu ruang tanpa cahaya walau setitik. Kegelapan terus mempertanyakan mengapa hanya hitam warna yang ia tahu. Lalu suatu hari muncul sebuah lilin yang bercahaya. Kegelepan pun mengenal cahaya. Dari cahaya lilin kegelapan pun bisa melihat ruang yang ia tempati walau tidak begitu jelas. Tapi lilin tetap lah lilin, ia terus meleleh bersama cahaya yang dimilikinya. Dan ketika lelehannya habis maka cahaya yang dibawa lilin pun sirna. Kegelepan kembali terkurung dalam gelap.

Tak berapa lama muncul bola lampu. Ia langsung menerangi seisi ruangan. Putih, warna kedua yang dikenal Kegelapan selain hitam. Dan ia juga mengenal banyak benda lain. Sejauh mata memandang, semua yang ada diruang bisa dilihat oleh Kegelapan. Cahaya bola lampu terus menemani kegelapan, tak pernah mati karena tak ingin Kegelapan terkurung lagi dalam pekatnya gelap.

Seperti pada umumnya, Kegelapan yang sudah tahu cahaya mulai merasa bosan hanya berada didalam ruangan. Dia ingin keluar tapi tak tahu kemana. Tak ada pintu bahkan jendela. Lagipula bola lampu masih setia bersinar. Lalu tanpa diduga, sebuah jendela terbentuk, kecil tapi kalau mau Kegelapan bisa keluar dari jendela itu. Kegelapan mendekati jendela itu, melihat dengan ragu kearah luar. Kegelapan merasa hatinya membuncah, terik matahari, hijau pepohonan, biru langit semua memanjakan matanya.

Ingin dan ingin keluar dari jendela menuju tempat yang baru. Tapi jendela itu kadang memasang jerujinya hingga Kegelapan hanya bisa memandang dari dalam. Bola lampu pun tahu keinginan Kegelapan. Mereka sama - sama tahu tapi tak tahu harus berbuat apa. Bola lampu tahu jika Kegelapan pergi maka ia hanya bola lampu tanpa ada yang peduli lagi tentang sinarnya. Kegelapan tahu jika ia pergi dari ruangan ini belum tentu cahaya matahari lebih indah, masih ada mendung, masih ada malam. Di ruangan ini bola lampu selalu setia bersinar tanpa mempedulikan hari. Diam, bingung, itulah yang mereka rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menapaki jejak